Oleh : Indra Ramadhan
BLINDED BY THE LIGHTS
20 Januari 2009, Barack Husein Obama-Joe Biden resmi dilantik sebagai Presiden & Wakil Presiden Amerika Serikat ke-44. Obama merupakan Presiden AS kulit hitam pertama. Ia merebut kursi presiden tersebut setelah mengalahkan lawan politiknya dari Partai Republik, John Mc Cain. Pertanyaannya sekarang, siapa Obama? Dua hingga tiga tahun lalu kita mungkin belum pernah mendengar bahkan sekedar tahu nama saja belum siapa itu Obama. Lalu tiba-tiba kita seperti tersihir mulai dari masa konvensi Partai Demokrat, dimana saat itu ada dua kandidat yakni Hillary Clinton dan Barack Obama. Pada akhirnya Obama-lah yang memenangkan konvensi tersebut dan maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat dan pada akhirnya berhasil menjadi Presiden AS. Seluruh dunia dibuat kagum oleh Obama, dan menggantungkan harapan setinggi langit kepadanya. Lalu, apa yang sebenarnya ditawarkan Obama sampai-sampai membuat seantero dunia, khusunya Dunia Islam sangat berharap kepadanya? Berikut penulis kutipkan kalimat pidato inagurasi kemenangan Obama yang berhubungan dengan Dunia Islam.
“Tugas saya untuk dunia muslim adalah mengomunikasikan bahwa orang-orang Amerika bukanlah musuh muslim. Kadangkala kami salah karena kami sendiri tidak sempurna. Terlalu sering Amerika Serikat memulai dengan mendikte. Saatnya kami mendengar dulu apa yang mereka inginkan”
Tersihirkah anda? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Penulis ingin mengingatkan bahwa jangan sampai sejarah kembali terulang (recurrent pattern) seperti pada masa George W. Bush. Saat pemilu pada masa itu, yakni tahun 2000, Bush mengatakan hal yang mirip dengan yang dikatakan Obama di atas. Bush mengatakan :
“Terjadi bentuk lain dari perilaku rasis di Amerika. Orang Amerika keturunan Arab secara rasial dicap sebagai ‘bukti rahasia’…Kita harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya”
Kalimat Bush di atas menunjukkan keberpihakannya kepada masalah Arab dan Amerika. Namun, setelah ia terpilih menjadi Presiden, kebijakan yang dikeluarkannya “Jauh panggang dari api”. Selama masa pemerintahan Bush, citra dan muka AS tercoreng di mata internasional dengan invasi AS ke Irak, lalu dukungan sepenuh hati AS terhadap Israel, serangan AS terhadap Afganistan, dsb.
Pada saat seperti itulah, Obama hadir dan tampil dengan membawa sejuta harapan, bagi Dunia Islam khususnya. Dan sayangnya, umat Islam pun tersihir dan tidak mau tahu siapa sebenarnya Obama. Blinded by The Light.
DEMOKRAT vs REPUBLIK
Sebelum kita membahas lebih jauh, penulis akan coba untuk menguraikan apa sebenarnya perbedaan antara Partai Demokrat dengan Partai Republik. Ini penting agar kita dapat mengetahui pijakan berpikir kebijakan-kebijakan yang ditawarkan oleh Obama.
Republik lebih didominasi oleh para fanatik Kristen, sehingga kebijakan partai ini lebih bernuansa pro-agama, seperti anti aborsi dan anti gay. Kebijakan luar negeri Republik sudah sangat identik dengan sosok yang ugal-ugalan, sikat kanan kiri. Sedangkan Demokrat lebih didominasi oleh para kalangan liberal. Jadi wajar jika Obama pro akan aborsi dan gay. Dalam kebijakan luar negeri Demokrat lebih memainkan soft power. Demokrat sangat menjaga citra di hadapan publik, namun tetap mematikan. Bahkan menurut Noam Chomsky, Profesor Massachusetts Information Technology Obama adalah jelmaan Bush 2.0.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara Demokrat dengan Republik pada hakikatnya sama saja, hanya cara dan proses yang dipakainya saja yang membuatnya berbeda.
Kembali kepada harapan yang ditawarkan Obama.
Banyak hal manis yang dijanjikan Obama terhadap Dunia Islam, penulis akan coba membahasnya.
GOODBYE…IRAQ!!
Obama menjanjikan penarikan pasukan AS dari Irak. Invasi AS yang dilakukan ke Irak pada 2003 silam, nyatanya tidak menghasilkan apa-apa. Malah yang terjadi justru sebaliknya, yakni AS menghambur-hamburkan uang ratusan juta dollar untuk perang yang tidak jelas tujuannya ini. Belum lagi citra AS yang hancur di mata dunia akibat invasi ini. Harga yang terlalu mahal, bukan! Oleh karenanya Obama bermaksud menarik pasukannya dari Irak. Tepatnya tidak menarik sepenuhnya, karena Obama akan tetap menempatkan 55.000 tentara sisa (residual force) di Irak dengan berbagai macam alasan. Lalu apa benar alasan utama Obama menarik “sebagian” pasukan tersebut karena faktor kemanusiaan? Berikut adalah kutipan pidato Obama.
“Saya kira penting bagi kita untuk mengakhiri perang di Irak agar kita bisa mendapatkan lebih banyak pasukan di Afganistan dan memberi tekanan lebih besar pada pemerintah Afganistan untuk melakukan apa yang perlu dilakukan”
Jadi jelas bahwa tujuan Obama menarik pasukan dari Irak adalah agar mendapatkan tambahan pasukan ke Afganistan. Dan, benar saja. pada Mei 2009 secara bertahap 30.000 pasukan tambahan dikirim ke Afganistan untuk memburu Taliban. Apa arti semua ini? Analisis penulis, ini hanya seperti bermain perang-perangan, dimana saat salah satu musuh sudah dapat dilumpuhkan, maka kita beralih untuk memburu musuh lainnya.
ISRAEL vs PALESTINA
Selanjutnya adalah masalah konflik yang tak berujung antara Israel-Palestina. Bagaimana sikap AS? Saat era Bush AS jelas menampakkan keberpihakannya terhadap Israel. Bagaimana dengan Obama? Nampaknya tidak jauh berbeda, Obama juga tetap pro kepada Israel, bahkan dalam beberapa hal melebihi Bush. Hanya caranya saja yang lebih “santun” dan tidak ugal-ugalan seperti pendahulunya tersebut. Mari coba kita lacak.
AIPAC (American Israel Public Affairs Committee)
AIPAC adalah sebuah organisasi lobi Israel terhadap pihak AS agar semua kebijakan luar negeri AS, siapapun presidennya sejalan dengan keinginan Israel. Didirikan pada tahun 1950, AIPAC kini menjadi organisasi persahabatan yang besar antara AS-Israel. Lembaga ini pun dibebaskan pajak oleh pemerintah AS. AIPAC mempunyai sekitar 6 pelobi resmi di dalam Kongres AS. Setiap kandidat presiden AS seperti “diwajibkan” untuk berpidato di dalam lembaga ini, tidak terkecuali Obama. 4 Juni 2008, Obama berpidato di depan para anggota AIPAC. Berikut kutipan pidato tersebut.
“Dan saya tahu ketika saya mengunjungi AIPAC, saya berada di tengah-tengah sahabat-sahabat saya. Sahabat baik. Sahabat yang bersama komitmenku yang kuat untuk memastikan jalinan antara AS dan Israel : tak dapat diretakkan hari ini, tak dapat diretakkan besok, tak dapat diretakkan selamanya.”
Jelas bahwa komitmen Obama terhadap Israel masih akan terus sangat kuat, sehingga tampaknya mustahil untuk berharap lebih akan adanya perubahan orientasi kebijakan AS terhadap Palestina. Hal ini terbukti saat penyerangan 22 hari Israel terhadap Palestina di Gaza pada awal 2009, hanya beberapa bulan setelah Obama dilantik. Obama hanya diam saja melihat tank-tank Israel membunuh dan menghancurkan rakyat Palestina. Bahkan pasokan senjata Israel, seperti rudal dan fosfor putih dikirim oleh AS. Inikah yang disebut “Change We Can Believe In”? Bahkan kabar terakhir, yakni AS menambah bantuan sebesar 205 juta dolar AS untuk pertahanan Israel.
Ide Obama untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem bahkan melebihi sentimen Bush terhadap Israel. Bush menolak pemindahan tersebut, namun Obama justru menjanjikan untuk melindungi Jerusalem dan bahkan menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel sepenuhnya!
Perlu diingat bahwa hubungan mesra AS-Israel ini telah ada bahkan sejak negara Israel berdiri pada 1948. Hubungan ini telah menjadi sebuah sistem internasional secara tidak langsung. Memang tidak ada aturan tertulis yang menjelaskan bahwa setiap kebijakan AS harus sesuai dengan kemauan Israel, namun sistem ini tercipta karena adanya sebuah pola interaksi yang telah mapan. Pola interaksi yang telah menjadi pakem dan kebiasaan (habit) sejak lama sehingga menciptakan sebuah sistem internasional. Ini menyebabkan, siapapun presiden AS, pasti akan tunduk kepada sistem yang telah terbentuk itu, disadari atau tidak.
GUANTANAMO
Lalu masalah Penjara Guantanamo yang terdapat di Kuba. Penjara ini merupakan simbol “kekejaman” AS. Disana terdapat sedikitnya 250 tawanan, yang kebanyakan disangka AS sebagai teroris ditahan tanpa proses pengadilan. Ironisnya lagi, mereka mendapat siksaan yang tidak manusiawi di dalam penjara tersebut. Obama memutuskan untuk menutup penjara Guantanamo ini. Apa sebabnya? Guantanamo telah membuat citra AS rusak dimata dunia akibat seringnya pemberitaan di berbagai media masa mengenai penyiksaan yang terjadi disana. Jadi, motivasi untuk menutup penjara ini bukanlah atas dasar kemanusiaan, namun hanya untuk mengembalikkan citra AS dimata Internasional, dunia Islam khususnya. Lagipula, masih ada beberapa “penjara penyiksaan” lain yang dimiliki AS, namun kurang mendapat sorotan media masa dunia, Abu Ghraib dan Bagram. Di dua penjara ini, penyiksaan yang lebih hebat terjadi. Setelah pasukan-pasukan Amerika Serikat menyingkirkan pemerintahan Irak yang lama, nama penjara Abu Ghraib diubah menjadi Fasilitas Tahanan Sentral Baghdad (BCCF)' atau Fasilitas Rehabilitasi Sentral Baghdad. Demikian juga dengan Bagram. Penjara yang terletak 60 km dari Kabul ini tidak kalah menyeramkannya. Disana terdapat sedikitnya 600 tawanan. Roberth Gates (Menhan) menyatakan “kami akan melanjutkan penahanan di Bagram.”
NUKLIR IRAN
Disamping maslah-masalah yang telah dikemukakan di atas, masih ada isu lainnya, yakni nuklir Iran. Sikap AS di bawah Obama masih tetap sama seperti pada masa Bush. Bahkan kini AS sedang mencari dukungan kepada negara anggota PBB yang mempunyai Hak Veto, yakni Rusia dan Cina untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran. Padahal jelas-jelas Iran telah berulang kali mengatakan bahwa energy nuklirnya hanya untuk pembangkit listrik, tidak untuk senjata. Pertanyaanya kini, mengapa hanya Iran yang ditekan dalam masalah nuklir ini. Bukankah negara-negara lain, yang notabene bukanlah negara Islam, seperti India, Prancis dan bahkan Israel tidak ditekan dalam hal nuklir ini? Inikah yang disebut Obama kebijakan yang ingin membuka episode baru dengan dunia Islam?
RIGHT HANDED
Sekarang mari kita lihat siapa saja orang-orang yang dipilih Obama sebagai “tangan kananya” di dalam pemerintahan.
1. Joe Biden (Wakil Presiden)
2. Hillary Clinton (Menteri Luar Negeri)
3. Robert Gates (Menteri Pertahanan)
4. Jenderal James Jones (Penasehat Keamanan Nasional)
5. Susan Rice (Dubes AS untuk PBB)
6. Rahm Emmanuel (Kepala Staff Gedung Putih)
Siapa keenam orang tersebut? Mereka sering disebut sebagai Israel Firster. Mereka adalah para tangan kanan Obama di dalam pemerintahan. Seluruhnya adalah orang-orang yang pro terhadap perang di Irak, Afganistan dan bahkan mengusulkan untuk menyerang Iran.
KESIMPULAN
Melihat fakta-fakta diatas, selayaknya kita segera terbangun dan waspada kepada AS di bawah Obama sekarang ini. Perlu diingat bahwa di dalam Gedung Putih terdapat sebuah Military-Industrial Complex yang sangat kuat. Ini mengakibatkan para pemegang kebijakan disana tidak dapat berbuat banyak menghadapinya. Oleh karenanya, siapapun presiden yang terpilih, hanya akan menjadi alat bagi kepentingan Israel dan hubungan militer-industri tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar