Jumat, 19 November 2010

PERILAKU POLITIK UMAT ISLAM BELANDA

Oleh: M. Imaduddin Nasution

Abstrak
Umat Islam Belanda memiliki perilaku memilih yang cenderung kiri. Umat Islam di Belanda sangat banyak aktif di Partai Buruh (PvdA), Partai Sosialis (SP) dan Partai Hijau (Groen Links). Kendati demikian, ada juga umat Islam Belanda yang mendirikan partai politik tersendiri di Kota Den Haag. Yaitu Partai Islam Democraten dan Partai Persatuan. Kemudian di tahun 2006, terdapat booming politik Islam di Belanda. Dua orang Muslim menjadi Wakil Menteri di Kabinet Balkenende IV. Kemudian dua orang lagi menjadi Kepala Distrik di Amsterdam. Lalu Walikota Rotterdam dipegang oleh Wakil Menteri Sosial, Ahmed Aboutaleb.
Namun demikian, kendati banyak terdapat upaya untuk memperjuangkan hak minoritas Muslim Belanda yang mayoritas imigran, tetap saja terdapat upaya untuk mengusir atau mendiskreditkan umat Islam di Belanda. Partai Kebebasan yang sangat anti Islam dan partai politik Liberal yang sangat kanan, selalu mencoba untuk mengurangi hak-hak umat Islam Belanda. Ini terbukti dengan berbagai usulan kebijakan Partai Kebebasan dalam Parlemen belakangan ini.
Oleh karena itu, Henny Kreeft, mendirikan Partai Muslim Belanda dengan tujuan memperjuangkan aspirasi umat Islam Belanda yang masih minoritas. Partai Muslim Belanda ini bertujuan untuk mengungguli Partai Kebebasan milik Wilders, namun dikhawatirkan dapat menggerogoti perolehan kursi Partai Buruh, yang sangat militan dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam di Belanda sejak tahun 1960-an.
Sejarah Islam di Belanda
Islam masuk ke Belanda melalui proses kolonialisasi Asia yang erat kaitannya dengan penyebaran Agama Kristen dan eksploitasi hasil bumi dan tambang di negeri-negeri Muslim di seluruh Asia dan Afrika. Pertama-tama, Belanda menerima masuknya kelompok Muslim dari Asia Selatan. Yaitu kelompok Ahmadiyah Qadian dan kemudian disusul oleh eks prajurit KNIL dari Indonesia. Baik yang Indische (non Maluku), maupun yang Molukkse (keturunan Maluku).1 Islam kemudian berkembang seiring dengan kebutuhan Belanda akan tenaga kerja migran dari timur. Yaitu orang-orang Turki dan Maroko yang kemudian dikenal sebagai Turks dan Marokkaan. Mereka kemudian menyebarkan Islam melalui jalur diskusi ilmiah di sekolah, di universitas dan di pasar. Melalui itulah Islam berkembang di Belanda.
Islam di Belanda bermula dari komunitas kecil yang bergerak di Masjid dan prayer hall yang berdiri di berbagai tempat di Belanda. Sejak awal masjid di Belanda berbasiskan kepada etnisitas. Dimana masjid didirikan oleh komunitas etnik tertentu dan dijadikan tempat berkumpul bagi umat Islam dari etnik tertentu pula.2
Masuknya Islam ke Belanda juga dipengaruhi oleh adanya hubngan diplomatik antara Belanda dengan Kekaisaran Ottoman di Turki. Ini mempengaruhi pandangan masyarakat Belanda tentang Islam. Khususnya Islam di Indonesia dan negara jajahan Belanda lainnya.3
Masyarakat Belanda pada mulanya memandang Islam mirip dengan Katholik. Yaitu dengan analogi bahwa khalifah dalam Islam adalah seperti paus dalam Katholik. Namun pandangan ini kemudian meluntur. Seiring dengan dihapuskannya khilafah oleh Pemerintah Turki pada tahun 1924.
Masyarakat Islam kemudian masuk ke Belanda, sebagai komnitas-komnitas etnik yang terpisah satu sama lain. Sehingga Islam di Belanda tidak jauh berbeda dengan Kristen. Yaitu terdapat pemisahan masjid antara etnis yang satu dengan yang lain.
Persoalan Integrasi
Pengaruh imigrasi buruh asing dalam penyebaran Islam di Belanda, tentu menyebabkan adanya persoalan yang rumit dalam hal integrasi. Integrasi Muslim Belanda ke dalam masyarakat Belanda adalah satu persoalan yang sangat penting dalam proses masuknya Islam ke Belanda.
Persoalan pengangkatan imam masjid yang hampir selalu berasal dari luar Belanda juga menjadi persoalan yang menghambat intergrasi antara umat Islam dengan masyarakat Belanda. Pengangkatan imam masjid di Belanda dilakkan oleh dewan gubernur dari yayasan atau organisasi pendiri masjid. Biasanya melalui musyawarah diantara mereka. Namun demikian, para imam ini memiliki peran dan fungsi yang berarti. Imam memiliki hak yang sama dengan pendeta dan rabi. Dimana mereka dapat mengajarkan agama dengan bebas di seluruh wilayah kerjanya, yang ditentukan oleh pemerintah Belanda.
Komunitas-komunitas Muslim Belanda, terbiasa dengan shalat pada masjid komunitasnya. Sehingga sangat sulit untuk bersatu dan berintegrasi. Komunitas Muslim dari Suriname dan Pakistan tergabung dalam organisasi-organisasi Hindustani dan Javanis yang nama-namanya cenderung mengandung bahasa Jawa, Indonesia, Hindi dan Urdu.4
Selain itu, terdapat juga Unie van Marokkaanse Moslim Organisaties in Nederland, yang merpakan organisasi Muslim Maroko terbesar di Belanda. Organisasi ini membawahi kurang-lebih 80 masjid di Belanda. Masyarakat Muslim keturunan Maroko inilah yang kemudian memiliki keunggulan dan pengaruh penting terhadap persebaran dan juga integrasi umat Islam di Belanda.
Proses integrasi antara umat Islam dan masyarakat Belanda lainnya menjadi sulit karena beberapa hal penting. Diantaranya adalah adanya sikap-sikap anti integrasi dari kelompok imigran Muslim Belanda dan adanya sikap-sikap anti imigran di kalangan masyarakat Belanda sendiri. Ini kemudian menjadi persoalan penting yang sangat mempengaruhi proses ontegrasi umat Islam ke dalam masyarakat Belanda lainnya.
Adanya sebagian imigran Muslim yang melakukan aksi-aksi kriminal di Belanda, kemudian menjadikan stigma di mata masyarakat Belanda, yang akhirnya menjadi semakin susah untuk berintegrasi dengan umat Islam Belanda. Disinilah dimulainya permasalahan integrasi yang tidak pernah sempurna, antara imigran Muslim Belanda, dengan masyarakat Belanda umumnya. Namun Belanda pada tahun 2008, telah berhasil mengangkat walikota Muslim pertama, untuk Kota Rotterdam. Sedangkan dua tahun sebelumnya, Belanda telah memiliki dua Wakil Menteri yang beragama Islam.
Islam dan Partai Buruh
Umat Islam di Belanda, mulai diajak untuk berpolitik sejak dikeluarkannya nota minoritas tahun 1983. Umat Islam diwajibkan untuk turut dalam pemilihan umum sebagai pemilih. Umat Islam juga sudah diberikan hak untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan legislatif, dari tingkat kota hingga pusat.5
Sejak awal, umat Islam Belanda telah cenderung untuk memilih partai-partai berhaluan kiri. Yaitu Partai Buruh (PvdA), Partai Sosialis (SP) dan Partai Hijau Kiri (Groen Links). Melalui ketiga partai itulah umat Islam Belanda menyalrkan aspirasinya mengenai kebebasan beragama dan berbusana Muslim. Termasuk kebebasan dari aksi-aksi anti Islam dan anti imigran Muslim di Belanda.
Partai Buruh adalah partai yang paling banyak menerima aspirasi umat Islam di Belanda. Partai Buruh lah yang memperjuangkan pengangkatan wakil menteri yang beragama Islam. Yaitu Wakil Menteri Kehakiman, Nebahat Albayrak dan Wakil Menteri Sosial dan Tenaga Kerja, Ahmed Aboutaleb.6 Kemudian Partai Buruh pula yang menjadikan Aboutaleb menjadi Walikota Rotterdam. Sekaligus mencatat sejarah walikota Muslim pertama di Belanda. Dua Kepala Distrik di Amsterdam yang beragama Islam juga berasal dari Partai Buruh. Sehingga lengkaplah jasa partai ini terhadap perkembangan politik Islam di Belanda.7
Sikap politik Partai Buruh yang mendukung Islam Liberal, sangat menguntungkan sebagian besar umat Islam Belanda. Terutama mereka yang memutuskan untuk berjilbab dan menutup aurat mereka dengan busana Muslim.8
Islam bagi masyarakat Belanda, pada mulanya memang dianggap sebagai sesuatu yang asing. Sebagian ada yang menganggap bahwa Islam itu seperti Katholik.9 Namun kemudian, rangkaian studi tentang Islam dilakukan oleh para ahli dengan biaya pemerintah. Studi itu pada mulanya bertujuan untuk kepentingan kolonial. Namun pada akhirnya, menjadi studi yang sangat adil dalam menggambarkan Islam.
Dalam sejarahnya, studi Islam di Belanda kemudian menjadi bertambah penting. Mengingat bertambah banyaknya imigran Muslim di Belanda belakangan ini. Apalagi mereka kebanyakan adalah kaum buruh dan hanya sedikit yang kemudian menjadi pengusaha atau wiraswasta.
Dengan demikian, Partai Buruh melihat adanya peluang bagi menambah perolehan suara bagi partainya, melalui pendekatan terhadap minoritas Muslim Belanda. Partai Buruh sangat melindungi pluralisme dan kebersamaan antar etnis di Belanda. Sehingga dengan demikian menguntungkan umat Islam Belanda.
Partai Buruh berjuang untuk emansipasi antara umat Islam yang minoritas dengan mayoritas Belanda yang tidak beragama.10 Partai Buruh juga memperjuangkan perlakuan yang adil bagi para imam yang ada di Belanda.
Partai Buruh juga mendukung proses integrasi antara imigran Muslim dengan masyarakat Belanda. Proses integrasi yang menjadi program partai ini berhasil dengan diangkatnya dua kepala distrik dan satu walikota Muslim, yang ketiganya berasal dari keturunan Maroko.
Partai Islam di Den Haag
Selain melalui Partai Buruh, umat Islam Belanda--dalam hal ini yang berada di Den Haag--juga menyalurkan aspirasi politiknya melalui partai lokal. Yaitu Islam Democraten dan Partai Persatuan. Islam Democraten memiliki satu kursi di Dewan Kota Den Haag. Demikian pula dengan Partai Persatuan. Keduanya sangat mendukung integrasi antara umat Islam--yang kebanyakan imigran--dengan warga Belanda lainnya.11
Perolehan satu kursi di Dewan Kota Den Haag, oleh Islam Democraten dan Partai Persatuan, adalah suatu prestasi tersendiri bagi umat Islam Belanda yang begitu kecil komunitasnya, dan masih terkotak-kotak dalam etnisitas yang begitu kuat. Prestasi ini menciptakan suatu pandangan baru bagi kelompok anti imigran dan anti Islam di Belanda. Sehingga menimbulkan satu phobia yang sangat kuat dalam masyarakat Belanda.12
Akan tetapi, partai Islam ini tetap saja merupakan partai kecil yang tidak banyak didukung oleh warga Den Haag yang mayoritas imigran. Umat Islam Belanda, sejak awal proses imigrasi Muslim Turki dan Maroko hingga sekarang, lebih banyak memilih Partai Buruh. Sehingga partai-partai Islam kecil tidak mendapat dukungan luas.
Kemunculan Partai Muslim Belanda
Henny Kreeft, seorang mualaf Belanda mendirikan Partai Muslim Belanda pada tahun 2006, dengan tujuan untuk melawan Partai Kebebasan milik Geert Wilders. Tujuan pendirian partai yang terkesan sangat sederhana ini tidak mendapatkan tentangan dari banyak umat Islam Belanda dan masyarakat Belanda lainnya. Terbukti dengan dukungan terhadap Partai Muslim Belanda ini, yang berhasil memperoleh kursi di lima Dewan Kota di Belanda.
Keberhasilan Partai Muslim Belanda ini terkesan memang menguntungkan umat Islam Belanda. Akan tetapi menurut Bari Muchtar--dalam tinjauan pers RNW--justeru memecah suara umat Islam. Karena umat Islam malah menjadi bingung. Apakah akan memilih Partai Burh, sebagaimana menjadi kebiasaan, ataukah akan memilih partai-partai Islam yang jumlahnya menjadi tiga dengan kemunculan Partai Muslim Belanda.13
Akan tetapi tinjauan pers tersebut bisa saja salah. Karena kenyataannya, Islam Democraten dan Partai Persatuan hanya bisa menjadi partai lokal di Den Haag. Sedangkan Partai Muslim Belanda sedang berkembang menjadi partai nasional yang bersifat universal dan menjadi saingan Partai Buruh dalam memperebutkan suara umat Islam.
Partai Muslim Belanda berdiri tidak hanya untuk menjadi saingan bagi partai-partai sekuler saja. Akan tetapi Partai Muslim Belanda juga menjadi Partai Kristen Demkratik bagi umat Islam. Artinya partai ini akan menjadi saingan besar bagi Partai Kristen Demokratik dan Partai Buruh dalam memperebutkan suara warga Belanda secara umum.
Pertentangan antara Partai Muslim Belanda dengan Partai Kebebasan milik Wilders, telah terlihat sejak Pemilihan Dewan Kota Venlo. Dimana Kota Venlo adalah tempat kelahiran Wilders. Namun sayangnya, di Venlo, Wilders tidak turut memeriahkan Pemilihan Dewan Kota. Justeru di tempat kelahirannya sendiri, partainya tidak ada di kertas suara.
Partai Muslim Belanda ini--berkat kerja keras Kreeft--banyak dimasuki oleh kaum hawa. Bahkan pengurusnya banyak dari perempuan-perempuan Muslim yang berasal dari kalangan imigran dan penduduk asli Belanda.
Perjudian Partai Islam dan Partai Buruh
Kendati Belanda telah resmi memiliki partai Islam--yang akan turut dalam Pemilu Nasional--akan tetapi umat Islam Belanda belum bisa bernafas lega. Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan masyarakat Muslim Belanda untuk memilih Partai Buruh dan bukan partai lain dalam Pemilihan Umum Nasional.
Oleh karena itulah, terjadi apa yang disebut perjudian antara Partai Muslim Belanda dengan Partai Buruh. Di satu sisi, Partai Muslim Belanda segera akan ikut dalam Pemilu Nasional,14 di sisi lain, Partai Buruh masih menaruh simpati yang sangat teramat banyak kepada umat Islam Belanda. Sehingga umat Islam Belanda akan nampak kebingungan dalam Pemilu tahun ini.
Dalam perjalanannya, Partai Muslim Belanda memang telah mendeklarasikan diri untuk ikut dalam Pemilu Nasional, bersama-sama dengan partai nasional lainnya. Namun demikian, tantangan dari Partai Kebebasan dan betapa Partai Kebebasan memiliki pendukung yang teramat loyal dan setia terhadap platform partainya yang anti imigran Muslim, maka Partai Muslim Belanda menghadapai musuh politik yang teramat kuat dan sangat luar biasa besarnya.
Di samping itu, Partai Muslim Belanda juga berhadapan dengan Partai Buruh. Dimana Partai Buruh telah lama bersimpati dan bahkan mendukung Islam sebagai salah satu agama yang memang ada di Belanda. Bahkan dengan terang-terangan Partai Buruh menyebutkan dirinya mendukung Islam Liberal. Atau Islam yang tidal radikal dan fundamentalis dan tidak konservatif. Yaitu Islam yang lebih moderat dan bersifat toleran terhadap agama lainnya.
Perjudian antara Partai Muslim Belanda dengan Partai Buruh, berasal dari kebiasaan politik atau perilaku pemilih Muslim Belanda, yang cenderung memilih Partai Buruh dan partai-partai kiri lainnya, disamping memilih partai yang lebih kanan. Dalam hal ini Partai Buruh lebih unggul karena banyak didukung oleh banyak kaum buruh, termasuk umat Islam di dalamnya.
Dalam hal ini, Partai Muslim Belanda ternyata tidak begitu siap dalam menghadapi kenyataan, bahwa umat Islam Belanda kebanyakan terbiasa dengan memilih Partai Buruh dan bukan partai lain. Partai Muslim Belanda lebih bertujuan untuk melibas Partai Kebebasan yang bersifat ektrim kanan dan anti imigran Muslim. Sehingga Partai Muslim Belanda tidak siap untuk menghadapi Partai Buruh yang terang-terangan mendukung aspirasi politik umat Islam di Belanda. Bahkan Partai Burruh dengan sengaja telah mengeluarkan senjatanya melalui pernyataan bahwa partainya mendukung Islam Liberal.15
Selain dukungan moril dan sosial, Partai Buruh juga telah memberikan dukungan politik kepada beberapa umat Islam Belanda yang berasal dari kalangan imigran. Di antaranya dua Wakil Menteri dan kemudian dua kepala distrik, dan satu walikota di Belanda yang sekarang ini menjabat.16
Itu semua, menjadikan umat Islam Belanda, yang sadar politik, justeru semakin mencintai dan semakin loyal kepada Partai Buruh, dibanding kepada Partai Muslim Belanda yang belum diketahui rekam jejaknya. Oleh karena itu, wajar jika tokoh-tokoh Muslim Belanda di Partai Buruh, tetap yakin bahwa partainya akan menang, dan dirinya akan memperleh kursi dan jabatan yang sedang diperjuangkannya.17
Persoalan perjuangan umat Islam Belanda dalam mempertahankan hak hidupnya di Belanda, adalah sangat penting dan seharusnya menjadi bagian tak terlepaskan dari perjuangan partai-partai yang ingin membela hak umat Islam. Umat Islam Belanda memiliki hak untuk hidup dan melaksanakan segala ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya, tanpa diganggu oleh kebijakan-kebijakan anti Muslim Wilders dan partainya.
Sikap politik umat Islam Belanda tahun ini adalah pertaruhan antara mendapatkan perlindngan dari partai yang sudah sangat kuat dan sedang naik daun, atau malah memilih meminta perlindungan kepada partai baru yang belum begitu terkenal dan belum begitu besar pamornya dalam sejarah politik nasional Belanda.
Oleh karena itulah maka, umat Islam Belanda harus bersikap tegas dan berani dalam mengambil sikap. Apakah dengan perolehan suara 5%, Partai Muslim Belanda dapat mengalahkan Partai Kebebasan yang mungkin akan memperoleh lebih banyak dukungan? Atau lebih baik memilih Partai Buruh yang sekarang benar-benar sedang didukung kuat oleh sebagian besar umat Islam dan masyarakat Belanda yang ingin agar tentara mereka pulang dari Afghanistan?
Jawabannya ada pada umat Islam Belanda sendiri. Umat Islam Belandalah yang harus menentukan nasibnya. Bagaimana agar supaya mereka tidak terhapuskan dari peta politik Belanda. Bagaimana agar mereka tidak diusir paksa oleh kebijakan anti minoritas Partai Kebebasan yang sangat rasis dan tidak manusiawi. Adalah suatu pekerjaan rumah yang pelik dan harus dihadapi dengan sangat bijaksana.
Umat Islam Belanda hendaknya bersikap teguh hati dan loyal terhadap satu partai tertentu, serta memberikan suatu kepercayaan kepada mereka yang memiliki simpati dan empati yang luas kepada mereka. Umat Islam Belanda seharusnya bersikap baik dalam berorganisasi dan berpartai politik.
Umat Islam Belanda sebaiknya memang tetap memilih Partai Buruh, karena Partai Buruh adalah partai yang telah banyak memberikan jasa kepada umat Islam. Partai Buruhlah yang telah memberikan kursi kepada umat Islam di Parlemen Belanda. Partai Buruhlah yang telah memberikan kursi kepada dua Muslim Belanda di kabinet Belanda. Partai Buruh pula yang telah memberikan kursi Walikota Rotterdam kepada Ahmed Aboutaleb. Partai Buruh jugalah yang telah memnberikan dua kursi kepala distrik di Amsterdam kepada dua tokoh Muslim, yang salah satunya adalah Muslimah berjilbab.
Itu semua telah membuktikan, bahwa perilaku politik umat Islam Belanda saat ini, tidak akan berubah. Umat Islam Belanda, tidak akan memilih partai Islam yang berdiri hanya karena kemenangan Wilders di Pemilihan Parlemen Eropa dan Film Fitna. Partai yang didukung oleh umat Islam Belanda, selayaknya adalah partai yang memberikan banyak jabatan penting bagi tokoh-tokoh penting umat Islam di Belanda.















DAFTAR PUSTAKA
Bessems, Kustaw, PvdA Steunt Liberale Islam, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.depers.nl/binnenland/98444/pvda-steunt-liberale-islam.html.
Fermin, Alfonso Maria Eugenio, Nederlandse Politieke Partijen over Minderhedenbeleid 1977-1995, Disertasi Doktoral Universitas Utrecht, Utrecht: Program Doktor Universitas Utrecht,1997.
FORUM Instituut voor Multiculturele Ontwikkeling, The Position of Muslim in the Netherlands; Facts and Figures, Utrecht:FORUM, 2008
Godsdiensten in Nederland, Artikel diakses pada 14 Mei 2010 dari http://nl.wikipedia.org/wiki/Godsdiensten_in_Nederland
Integratie en Waarom het Maar Niet Lukken, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.geennieuws.com/2010/03/integratie-en-waarom-het-maar-niet-wil-lukken/.
Integratie in Nederland, Artikel diakses pada 20 April 2010, dari http://www.novatv.nl/page/detail/nieuws/424/Integratie+in+Nederland.
Islam Democraten, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://nl.wikipedia.org/wiki/Islam_Democraten.
Islam in Nederland, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://nl.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Nederland.
Islam in the Netherlands, Artikel diakses pada 18 April 2010 dari http://home.deds.nl/~quip/archief/culture/Islam%20in%20Nederland.html.
Islamophobia on the Rise in the Netherlands, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://static.rnw.nl/migratie/www.radionetherlands.nl/currentaffairs/080212-islamophobia-netherlands-redirected.
Jonge Socialisten in de PvdA, Artikel diakses pada 28 April 2010 dari http://nl.wikipedia.org/wiki/Jonge_Socialisten_in_de_PvdA.
Majority Rule/Minority Rights; Country Studies--Netherlands, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.democracyweb.org/majority/netherlands.php.
Krouwel, Andre, Nederlandse Moslim Partij is Gewoon Islamitische CDA, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.binnenlandsbestuur.nl/nederlandse-moslim-partij-is-gewoon-islamitische.142575.lynkx.
Meulenbelt, Anja, Worstelt de PvdA met de Islam?, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://anjameulenbelt.sp.nl/weblog/2007/07/29/worstelt-de-pvda-met-de-islam/.
Ministerie van Binnenlandse Zaken, De Politieke Islam in Nederland, Ministerie van Binnenlandse Zaken, Den Haag, 1998.
Moslimparij Doet Mee aan Verkiezingen in Vijf Gemeenten, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.elsevier.nl/web/10242572/Nieuws/Politiek/Moslimpartij-doet-mee-aan-verkiezingen-in-vijf-gemeenten.htm.
Muchtar, Bari, Tinjauan Pers 1 Maret 2010, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/tinjauan-pers-1-maret-2010.
Muslimah Berjilbab Pimpin Distrik di Belanda, Artikel diakses pada 13 Mei 2010 dari http://www.baitul-hikmah.com/muslimah-berjilbab-pimpin-distrik-di-belanda-534/.
Nederlandse Moslim Partij, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://nl.wikipedia.org/wiki/Nederlandse_Moslim_Partij.
Nederlandse Moslim Partij Verlaagt Ambities, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.nrc.nl/binnenland/article2319229.ece/Nederlandse_Moslim_Partij_verlaagt_ambities_.
Nederlandse Moslim Partij wil de Tweede Kamer in, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.elsevier.nl/web/Nieuws/Politiek/258182/Nederlandse-Moslim-Partij-wil-de-Tweede-Kamer-in.htm.
Setiawan, Budi, Islam di Belanda, Artikel diakses pada 13 Mei 2010 dari http://budisetiawan23.multiply.com/journal/item/26.
Shadid, W.A., and Koningsveld, P.S., Institutionalization and Integration
of Islam in The Netherlands, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.interculturelecommunicatie.com/download/islam.html.
Suminto, Aqib, Politik Islam Hindia Belanda; Het Kantoor voor Inlandsche Zaken, Jakarta: LP3ES, 1985.
Verslag Debat over Liberale Islam, Artikel diakses pada 16 April 2010 dari http://www.pvda.nl/internationaal/over+de+pvda/Internationaal+en+Europa/Nieuws/Verslag+debat+over+liberale+islam.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar