Oleh: Ardhy Dinata Sitepu
Yunani adalah sebuah negara kecil di Zona Euro yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa, dengan pendapatan perkapita sekitar $22.000 AS. Dalam literatur-literatur sejarah kita mengenal Yunani sebagai sebuah negeri eksotis yang penuh dengan peradaban, sejak 2200 SM bangsa Minos di Yunani telah mengembangkan berbagai peradaban dalam bentuk tulisan maupun seni dalam rancang bagunan dan sejak 1550 SM bangsa Mycena telah mengembangkan kebudayaan Aegean yang telah mengenal perdagangan antar bangsa, dari perkembagan ini Yunani kuno telah menjelma menjadi sebuah peradaban yang diakui semua peradaban sepanjang zaman. Bagi bangsa Mycena perdagangan telah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat, sejak peradaban yunani dimulai telah ada puluhan ilmuan yang menyumbangkan pemikirannya bagi peradaban panjang di Yunani. Peradaban panjang ini telah menjadi sumber pemikiran yang telah dikembangkan oleh masyarakat modern di seluruh penjuru dunia sampai sekarang, terutama dalam segi perdagangan, namun cukup disayangkan Yunani modern lupa akan sejarah masa lampaunya, sejarah yang semestinya bisa dijadikan pemacu semangat untuk menciptakan peradaban yang jauh lebih baik tidak pernah menjadi bagian dari Yunani modern.
Yunani dan Akar Krisis dunia
Dalam keanggotaan Euro Union, Yunani hanyalah sebuah negara kecil yang menyumbangkan sekitar2,6 dari keseluruhan GDP di zona euro, namun mengapa krisis yang melanda yunani ini begitu ditakuti oleh negara lain khususnya negara-negara yang berada di zona euro. Jawabannya tidak lain adalah karena Yunani adalah salah satu anggota Euro Union yang menggunakan mata uang Euro sehingga ketika salah satu negara anggotanya mengalami krisis dapat diperkirakan negara-negara lain khususnya yang menggunakan mata uang Euro akan terkena efek dari krisis ini secara langsung sejalan dengan Domino effect Theory yang sering digunakan oleh banyak ekonom untuk menggambarkan penyebaran krisis ekonomi di seluruh dunia. Dalam keanggotaaan Euro Union (UE), Yunani sebenarnya memiliki potensi investasi yang cukup menarik bagi para investor, namun krisis yang melanda daratan Eropa belakangan ini telah menimbulkan ketidakpercayaan para investor terhadap sektor keuangan di Eropa khususnya Yunani dan hal ini tentu akan memperparah krisis di Yunani dan jika krisis ini tidak ditanggulangi maka Yunani terancam benar-benar bangkrut. Belakangan berbagai media di seluruh dunia disibukkan dengan peristiwa di Yunani, orang-orang mengetahui bahwa keadaan ekonomi Yunani benar-benar lumpuh, hal ini bisa dilihat dari berbagai aksi demo dan mogok masal yang dilakukan oleh ratusan ribu pekerja dan pegawai pemerintah yang telah mengakibatkan berbagai sektor di Yunani lumpuh total, puncaknya aksi demo dan mogok masal telah menelan 3 koban jiwa yang tebunuh akibat ledakan dan kebakaran yang terjadi di Bank Marfin Athena. Aksi yang dilakukan oleh masyarakat Yunani ini adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan sinering terhadap gaji pegawai negeri, menaikkan beberapa jenis pajak, menunda dana pensiun, dan memangkas anggaran militer sebagai upaya meningkatkan cadangan devisa negaranya.
Yunani bukanlah negara besar seperti Jerman, Yunani juga bukanlah negara dengan sistem birokrasi yang baik seperti Inggris dan Belanda, Yunani hanyalah sebuah negara dengan corruption perceptions index berada pada peringkat 71 dari 180 negara*1.Keadaan ini diperparah pula oleh upaya pemeberantasan korupsi yang tidak maksimal. Bukan hal yang berlebihan untuk mengatakan bahwa sumber krisis Yunani adalah “fakelaki” artinya amplop kecil. Memberikan amplop-amplop kecil berisi uang saat mengajukan permohonan di kantor imigrasi adalah sebagai bentuk kecil korupsi di negara ini. Pasien-pasien operasi di Yunani baru dapat tenang masuk ke dalam ruangan operasi jika telah memberikan amplop kepada dokter. Masyarakat Yunani tak memperoleh izin, sekalipun lulus ujian, jika tidak memberikan amplop berisikan uang sebesar beberapa euro. Memberikan amplop berisikan uang sebesar beberapa ratus euro. Memberikan amplop berisikan uang kepada para pejabat pemerintah di Yunani akan menjamin proses otorisasi, sertifikasi atau izin mendirikan bangunan, yang jumlah uang amplop dapat mencapai puluhan ribu euro. Korupsi terbesar terjadi di kantor perpajakan Yunani yang mengkorup 30% dari seluruh penerimaan pajak, artinya 30 % bocor ke tangan koruptor. Semua orang mengetahui bahwa korupsi adalah masalah tetapi karena korupsi terjadi di mana-mana sehingga sulit unruk menetukan dari mana harus memulai untuk memeranginya. Dan hal inilah yang menjadi dasar kuat mengapa mengapa krisis berdampak parah di Yunani dibanding negara-negara yang tergabung di EU lainnya. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi Yunani, Yunani ternyata juga mengalami defisit dalam perdagangannya, hal ini terlihat dari jumlah barang impor yang lebih besar dari ekspornya, impor Yunani mencapai $60 miliar sedangkan ekspornya hanya $1,9 miliar, hal ini tentu akan mengurangi cadangan devisa Yunani, selain itu, hutang Yunani yang menumpuk dan tidak bisa diperpanjang lagi merupakan salah satu penyebab krisis parah yang melanda Yunani sejak akhir tahun 2009, beberapa sumber menyebutkan bahwa hutang Yunani telah mencapai 300 milyar euro, hal ini diperparah sejak pelaksanaan olimpiade 2004, Yunani yang penuh legenda cukup menghentak mata dunia ketika tahun 2004 menjadi penyelenggara olimpiade, semua mata terpana akan kecanggihan acara pembukaan maupun penutupan olimpiade begitu pula dengan kecanggihan arena-arena perlombaan. Ternyata kecanggihan itu mahal harganya. Kecanggihan olimpiade 6 tahun lalu, menjadi salah satu penyebab dari sekian banyak penyebab "kebangkrutan" Yunani. Kemewahan seperti ini mengingatkan kita dengan runtuhnya pemerintahan raja Raja Louis XIV tahun 1789 yang terjadi melalui serangkaian revolusi yang kita kenal dengan revolusi prancis, Sebab khusus terjadinya revolusi Perancis adalah karena masalah penghamburan uang negara yang dilakukan oleh permaisuri raja Louis XVI yakni Marie Antoinette beserta putri-putri istana lainnya di saat rakyat hidup dengan sengsara. Kemarahan rakyat ini semakin memuncak ketika kerajaan meningkatkan tarif pajak kepada rakyat sehingga mengakibatkan rakyat marah kepada pemerintahan raja Raja Louis XIV dan mengadakan revolusi. Hal ini juga bisa saja terjadi kepada Yunani jika Yunani tidak belajar dari sejarah karena sejarah itu akan selalu berulang (recurrent pattern)
Efek Domino Krisis Yunani
Krisis Yunani ini terlihat mirip seperti krisis yang melanda Eropa pada tahun 1931, krisis ini mula-mula timbul di Austria, yang pada waktu itu sebagai pusat yang lemah dalam struktur politik-ekonomi Eropa, dan akibatnya krisis ini segera menjalar bagaikan api yang mengamuk, pertama-tama ke Jerman lalu ke Inggris, dan akhirnya mengganas ke seluruh dunia*3. Jika menelaah krisis ekonomi yang pernah melanda eropa pada waktu itu, akan terbayang bagaimana keadaan Yunani sekarang ini, keadaan Yunani tidak jauh berbeda dengan keadaan Austria pada waktu itu, dan jika keadaan ini tidak ditanggulangi dengan segera maka Italia,Spayol, dan Portugal juga akan menyusul Yunani dan begitu seterusnya sampai pada akhirnya krisis prekonomian Yunani ini akan menjalar sampai Indonesia, inilah efek domino yang paling di takuti dunia sekarang ini. pakar ekonomi Hendrawan Supratikno yang mengatakan bahwa jika Yunani jatuh indonesia tidak akan secara langsung terpengaruh tetapi yang jelas kalau terjadi apresiasi pada mata uang di Asia, khususnya Indonesia, tentu daya saing ekspor produk-produk Asia dan produk-produk Indonesia akan berkurang. Sebagai contoh untuk Indonesia misalnya, dalam enam bulan terakhir ini, nilai tukar rupiah mengalami peningkatan kurang-lebih 5 persen. Ini berarti para eksportir di Indonesia mulai berteriak. Mereka mengatakan, daya saing produk ekpornya semakin berkurang. Sementara impor semakin banyak. Karena dengan peningkatan nilai rupiah maka produk-produk impor menjadi lebih murah. Sehingga banjir impor di dalam negeri.Dalam konteks liberalisasi pasar ini menciptakan kehawatiran, karena dominasi dari produk-produk impor menjadi semakin nyata di pasar dalam negeri Indonesia.
Upaya Antisipasi
Terilustrasi dari kasus Bank Century yang cukup panas di Indonesia, krisis prekonomian yunani ini terlihat mirip dengan kasus bank century di Indonesia yaitu sama-sama membutuhkan dana talangan untuk bisa tetap berdiri, namun perbedaannya, Bank Century di Indonesia mulai hangat ketika dana talangan yang mancapai 6,7 triliun rupiah di korupsi dan tidak diketahui alirannya kemana, sedangkan kasus yunani mulai hangat ketika dana talangan itu belum di cairkan dan masih dipertimbangkan apakah Yunani pantas diberi dana talangan mengingat indeks korupsi yang sangat besar di Yunani, yang menimbulkan keraguan bagi Euro Union untuk mencairkan dana talangan bagi Yunani. Meskipun begitu, akhirnya EU menyadari betapa pentingnya dana talangan tersebut bagi kelangsungan prekonomian Yunani dan Eropa pada umumnya, sehingga untuk mengantisipasi krisis yang semakin meluas, EU telah mengumumkan dana bantuan berjumlah 146 milyar dolar untuk menyelamatkan perekonomian Yunani*4. Jumlah bantuan tersebut adalah dana yang akan diberikan oleh Euro Union dan Dana Moneter Internasional, IMF sebagai sebagai usaha penanggulangan meluasnya pengaruh krisis Yunani terhadap prekonomian dunia. Dana darurat tersebut nilainya lebih besar daripada yang disiapkan Amerika saat krisis hebat pasca bangkrutnya Lehman Brother. Selain itu, seperti yang dilangsir kompas tanggal 12 mei 2010 dan Riau Pos tanggal 13 Mei 2010, EU juga akan menambah dana bantuan untuk Yunani sebesar 1 triliun Euro untuk memulihkan prekonomian Yunani dan negara-negara sekitarnya yang terancam bangkrut*5.Nilai bantuan ini sangat besar manfaatnya bagi Yunani, dan juga dapat menenangkan para investor asing yang akan menanamkan sahamnya di Yunani sehingga diharapkan krisis prekonomian di EU dapat pulih secepatnya.
*1Tren Plaegov, “Budaya Korupsi Akar kebangkrutan Yunani,”artikel diakses pada 15 Mei 2010 dari http://plazaegov.blogspot.com
*2Purwati.”Yunani Oh Yunani,” artikel diakses pada 16 Mei 2010 dari http://purwati- ningyogya.com
*3Arthur Nussbaum, Sedjarah Hukum internasional (Bandung: Tjika Pundung, 1970), h. 194
*4 http://www1.voanews.com.
*5 “Antisipasi Diakses tanggal 7 mei 2010 Krisis Yunani” Riau Pos, 13 Mei 2010, h.1.
Ya mudah-mudahan, Yunani bisa segera keluar dari krisisnya. Caranya jelas dengan mencegah korupsi, serta para koruptor harus mau bertanggung jawab. Orang-orang kaya di Yunani harus mau membantu pemerintah dengan investasi domestik. Yunani juga harus pelan-pelan meningkatkan ekspornya, sehingga impor akan berkurang.
BalasHapusKoruptor emg bajingan,, bunuh gantung saja,,,
BalasHapuswow, sejak artikel ini dibuat tahun 2010, dan sekarang tahun 2015 yunani masih dalam gejolak. dan nilai tukar rupiah terhadap USD makin meninggkat. yaa semoga bisa cepat pulih deh yunani, lihatnya, kita jangan sampai kena dampaknya juga
BalasHapusgile artikel ini dibuat 2010 w pikir artikel baru wow, semoga aja pemerintah indonesia belajar dari artikel ini dan bangsa yunani. alias bayar hutang tuh ke IMF jangan cuma minjem aja, yg ada rakyat sengsara, klo bisa jangan minjem2 duit ke IMF ujung2 nya kita juga kan yg kena dan sengsara, belum lagi ada bunga, riba juga kan tuch namanya
BalasHapuswah dh lama ternyata krisis d yunani
BalasHapushahaha ternyata bukan aku saja yang cari artikel ini,... semoga saja krisis ini bisa dilalui ya... sehingga dampaknya tidak sampai k indonesia
BalasHapushahaa ga sengaja nemu artikel ini.. gile, ternyata ardhy si brondongnya anak-anak perbankan udah ngamatin krisis yunani sejak 2010 wkwkwkwkk
BalasHapushahaa ga sengaja nemu artikel ini.. gile, ternyata ardhy si brondongnya anak-anak perbankan udah ngamatin krisis yunani sejak 2010 wkwkwkwkk
BalasHapusPemerintah yunani sm korupnya dgn pemerintah indonesia
BalasHapusYg jd pertanyaan, knapa masa SBY krisis ini tdk begitu parah trhadp kurs rupiah, tp pd jokowi tdk bs diminimalisir???
BalasHapus